A Deep Conversation


Well, I've been reading that there are hundreds of different ways to say one thing. Hanya satu hal, tapi kita, ya, kita memiliki cara-cara tersendiri untuk mengungkapkannya. Semua itu tergantung pada who-we-are, atau what-we-are. Ya, mungkin beberapa kasus tergantung pada situasi yang sedang dihadapi, bukan lagi tentang siapa kita. Dan entahlah, aku sangat setuju tentang pernyataan di atas. Dimana kadang lucu mengetahui ketika seseorang hanya ingin mengucapkan "kenapa?". Mungkin ada yang langsung berkata "Eh, kenapa sih?", tapi di sisi lain ada juga orang yang sedang sibuk mencari tau sendiri sampai dia menemukan jawaban atas pertanyaan "kenapa"-nya, dan ada juga orang yang mungkin tidak sampai hati untuk menanyakan langsung, dan juga terlalu malas untuk mencari tau sendiri, sampai akhirnya ia bertanya ke teman lain tentang "kenapa"-nya itu. Yap, there are really hundreds of different ways to say "kenapa?".

A conversation is a dialogue, not a monologue. Atau mungkin di beberapa kasus, a conversation isn't about yang satu ngomong terus sampe yang satunya gak punya kesempatan buat ngomong. Dan memang, kita pasti pernah dalam situasi ini. Dimana lawan bicara kita memang mungkin memiliki kekuatan lebih untuk berbicara. Well, what's about a not-good-talker? Mungkin salah satu hal yang menyebabkan case di atas terjadi adalah bertemunya good-talker dengan not-good-talker. But the art of conversation is the art of hearing as well as of being heard.

Isn't it funny that sometimes the best conversations are the ones that lead you to nowhere? Kata-kata ini dikutip dari salah satu novel yang pernah aku baca. Well, aku langsung jatuh cinta dengan salah satu adegan dimana seseorang sadar bahwa memang salah satu hal yang menyenangkan dari sebuah conversation adalah membicarakan tentang hal-hal yang bukan tentang diri mereka. Berputar-putar sampai kita sendiri tidak tau mau kemana arah pembicaraan kita ini. Hal-hal sepele seperti membicarakan tentang film kartun yang mungkin sebagian orang menganggapnya terlalu kekanakan, atau tentang jalan cerita film Up yang memiliki makna dalam tersendiri, atau mengenai alasan mengapa Spongebob dan Patrick berteman.

You know, tidak semua hal yang kita anggap tidak penting itu juga tidak penting bagi orang lain. Ketika kita mengatakan bahwa pensil tidak begitu penting saat kita memiliki iPad, tidak bagi seorang yang menyukai sketch, pensil tetaplah merupakan bagian yang penting untuknya. Sama juga dengan conversation. Mungkin ketika dua orang berbicara tentang ada berapa banyak bintang di dunia ini, disana pula ada orang yang mengatakan bahwa apa pentingnya pembicaran seperti itu, tapi mungkin bagi dua orang itu, percakapan itu penting. Kenapa? Karena semua itu dilakukan dengan seseorang yang mengerti bahwa percakapan tsb bukan tentang percakapan sepele yang hanya buang-buang waktu.

A deep conversation bukan melulu tentang masalah yang ada di hidup seseoang, atau tentang apa saja yang telah dicapai seseorang, atau juga tentang tugas apa saja yang belum sempat dikerjakan, tapi terkadang, a deep conversation terjadi saat kita duduk santai dengan mata salah satu orang berbinar ketika ia menceritakan tentang rasa eskrim yang sedang ia makan, yang dilanjuti dengan keluhan kecil orang yang satunya tentang mengapa nyamuk senang sekali menggigiti kulitnya. Hal-hal kecil seperti itu lah yang memiliki tempat yang cukup besar dalam memori kita. Bukan tentang pembicaraannya, tapi tentang momen yang tercipta saat itu, because conversation is the art of never seeming bored, of touching everything with interest, of pleasing with trifles, of being fascinating with nothing at all.

    No comments:

    Post a Comment

    Instagram